Kobong Game
Kobong Game › puisi politik

on Senin, 19 November 2018

Renungan Puisi Politik Dunia Dan Nasional

Sobat Poemers kali ini tema puisi yang diangkat agak sedikit berat namun seru, yaitu renungan puisi politik dunia saat ini. Melalui puisi kita bisa lebih leluasa menyuarakan ekspresi diri respon terhadap apa yang tengah terjadi di dunia akhir-akhir ini. Untuk lebih jelasnya tema puisi politik kali ini akan terbagi dalam dua kategori:
  • Renungan Puisi Politik Dunia
  • Renungan Puisi Politik Nasional
Puisi-puisi yang ada di artikel ini menyoroti tentang perkembangan kehidupan manusia yang semakin hari terasa semakin kacau. Sepertinya kita itu semua digiring menuju satu keadaan dimana kita tidak bisa lagi memilih, dimana kita sulit untuk mencari kebenaran karena semua bidang telah dimonopoli. Itulah sebabnya puisi sebagai wadah ekspresi keresahan jiwa atas apa yang terjadi akhir-akhir ini.

Renungan Puisi Politik Dunia

1. Bisnis Dalam Perang 


politik

Banyak narasi tentang perang saat ini, seolah-olah kita berhak menyerang pihak tertentu dengan dalih perdamaian. Padahal itu semua hanyalah narasi yang semu, dibalik itu semua ada banyak bisnis yang diuntungkan, trafik untuk media, peningkatan pesanan persenjataan, bahkan sampai pada kebutuhan untuk pembangunan infrastruktur.

Bisnis Dalam Perang 

Damai imaji tak bertepi 
Nyata namun tak terasa didalam jiwa
Terlihat namun gelap tersamarkan 
Seperti pelangi penuh warna-warni 

Bencana kemanusiaan hadirkan potensi 
Hanya mereka yang jeli yang dapat melihatnya 
Berdalih demi menjaga kedamaian dunia 
Tapi malah menindas para rakyat jelata 

Sampai kapan pun perang pasti akan terjadi 
Ego diri dan ekspansi menjadi dasar pembenaran
Kelompok kuat akan selalu menindas yang lemah 
Memastikan mereka untuk ikut dalam aturan dunia

Trilyunan dollar potensi dalam kalkulasi 
Industri senang, rakyat pun kejang-kejang
Tak peduli kemanusiaan, tak peduli keadilan 
Yang penting perang,perang dan perang...

Mereka hidup dari darah kemanusiaan 
Mereka hidup dari jeritan rakyat tak bertuan 

Mereka tak peduli dengan nasib orang 
Mereka tak mau tau siapa yang menang 
Yang penting perang,perang,dan perang

Karena siapapun pemenangnya 
Bisnis perang akan selalu menguntungkan
Ini bukan tentang perdamaian ataupun kemanusiaan 
Tapi murni tentang uang dan juga kekuasaan

2. Tangan-Tangan Gaib 


politik

Kita hidup didunia dimana sistem global mendominasi setiap sendi kehidupan, mulai dari teknologi, ekonomi keuangan, dan juga pemikiran. Ketika semua dikendalikan, maka pihak pengendali berhak menentukan arah kapal berlayar, dan para awak kapal tidak ada pilihan lain selain ikut dalam arus kemana kapal berlayar.

Tangan-Tangan Gaib 

Kebebasan mereka gaungkan dengan lantang 
Kemerdekaan mereka berikan atas nama kemanusiaan 
Semuanya hanyalah semu penuh tipu muslihat 
Swasta terus menerus kuasai dunia 
Pemerintah harus tunduk apa kata mereka 

Rakyat tidak berkutik mengatur taktik 
Parlemen diam tanpa membawa pesan 
Uang hanya dikuasai oleh segelintir orang 
Rakyat hidup dalam lilitan hutang

Tangan-tangan gaib kuasai sendi-sendi kehidupan 
Menidurkan pemikiran untuk perubahan 
Sistem ada demi kepentingan penguasa 
Yang menolak akan diperangi sampai mati

Ketika semuanya sudah memuncak 
Revolusi dunia akan terjadi tiba waktunya
Demi melahirkan kehidupan baru 
Diatas darah-darah pejuang kemanusiaan

3. Demokrasi Semu

politik

Suarakan perbedaan 
Namun membungkam pemikiran 

Suarakan kesetaraan 
Tapi anti keberagaman 

Suarakan kebebasan 
Namun menolak kebenaran 

Egois dalam tindakan 
Maunya diikuti tanpa mau mengikuti 
Maunya didengar tanpa mau mendengar
Itulah mereka sang penguasa dunia
Hobinya perang dengan dalil perdamaian 

Demokrasi itu semu tanpa hal yang baru
Terlihat indah namun buruk bagi pencernaan 
Hanya untuk agenda penguasa menguasai ekonomi dunia

4. Neo Kolonialisme 

politik

Datang dengan senyuman atas nama persaudaraan 
Memberikan bantuan seakan-akan tulus tanpa modus 
Hutang pun diberikan dengan dalih demi pembangunan 
Semuanya meningkat, tapi terasa semu tertunduk lesu

Sang pemberi hutang datang bak pahlawan 
Tak ada pilihan selain bersalaman
Daripada diperangi lewat ragam propaganda 
Lebih baik menjilat para penguasa dunia 

Tidak ada yang bisa keluar dari jeratan 
Mereka terus datang membawa uang 
Tawarkan kerjasama yang menguntungkan 
Padahal itu semua hanyalah agenda penjajahan 

Renungan Puisi Politik Nasional


1. Penjara Pemikiran 


politik

Kebebasan menjadi hal yang semu saat ini. Boleh bersuara asal jangan suarakan kebenaran, boleh berpikir asal jangan melawan kekuasaan. Kita sudah terjerat dalam sistem yang rumit, bahkan berpikir saja ada pembatasan A dan B. Semua harus ikut sistem, entah kemana sistem itu berlabuh kita pun tidak pernah diberi tau oleh mereka...

Penjara Pemikiran 

Taman ilmu berikan kesegaran wawasan 
Pengetahuan menjadi kunci perubahan 
Sistem dibuat untuk mengatur kebebasan 
Bukan untuk mengikis pemikiran 

Yang kritis akan dianggap musuh 
Yang menentang akan dianggap lawan 
Semua didasari oleh kedangkalan otak 
Penjara pemikiran sulit tuk dihindari

Perubahan diarahkan oleh sang penguasa 
Sistem dibuat untuk mengamankan mereka 
Pemikiran harus sejalan walau tak berkesan
Penindasan mereka semakin menjadi-jadi

Para penguasa bersabda...
"Kamilah yang terbaik dari yang baik"
"Kamilah harapan dalam kehampaan" 
"Dan kamilah yang suci dari yang suci"

Linear menjadi keharusan 
Generalisasi menjadi budaya kehidupan 
Bagus dalam logika dan juga retorika 
Namun dangkal dalam pemikiran dan jiwa

Pemikiran yang terpenjara 
Akan menidurkan pergerakan 
Orang tak peduli lagi akan perjuangan
Perubahan pun akan mati perlahan-lahan

Kita lupa bahwa kita hidup karena pemikiran 
Kita lupa bahwa bangsa ini merdeka karena pemikiran 
Kita lupa bahwa pemikiran merupakan agen perubahan 

Yang kita ingat hanyalah propaganda media 
Dibalut dengan sinetron para penguasa 
Merakyat jadi patokan untuk berkuasa 
Padahal semuanya hanyalah polesan media

2. Dia si Penguasa

politik

Racun propaganda masuk menusuk kepala
Tanpa sadar kita terpenjara didalamnya
Pikiran dikendalikan, jangan harapkan keadilan
Membungkam suara kebenaran
Fitnah keji pun segera diluncurkan

Dia tidak pernah salah
Dia selalu benar
Dia paling nasionalis
Dia, dia, dan selalu dia

Pemikiran tertuju pada sang dia
Semua mata memandang dengan penuh harapan
Jutaan suara sudah diberikan dengan keikhlasan
Namun semua itu dibalas dengan kebohongan
Media menjadi alat propaganda penguasa

"Raja tak pernah salah"
"Raja tak pernah jahat"
"Raja selalu adil merakyat"
Itu kata mereka, sang penguasa media

3. Satukan Tekad

tim

Pengawal sang raja terus sibuk membela diri
Malu meminta maaf atas kesalahan diri sendiri
Cacian makian sudah biasa mereka lakukan
Itulah budaya sang pengawal raja penguasa

Satukan tangan demi sebuah perubahan
Satukan tekad demi perjuangan
Demokrasi harus tetap diperjuangkan
Sang raja harus segera dijatuhkan

4. Kata yang Paling Sulit Diucapkan

sedih

Penguasa tidak pernah salah
Penguasa selalu benar
Rakyatlah yang bersalah
Karena salah memilih penguasa

Parlemen pun dikadali
Apalagi rakyat sudah pasti dibodohi
Janji-janji banyak yang diingkari
Tapi penguasa tidak pernah salah
Mereka melanggar janji
Karena mereka sang penguasa negeri

Iblis membangkang dengan tiga alasan
"Aku lebih baik darinya..."
"Aku lebih teruji darinya..."
"Aku lebih taat darinya..."

Selalu saja ada alasan untuk sebuah pembangkangan
Selalu ada pembenaran untuk sebuah kesalahan
Kata maaf menjadi kata yang paling sulit diucapkan
Oleh mereka yang sibuk mencari pencitraan

5. Kami Sudah Muak

politik

Datang dengan membawa harapan perubahan
Setiap lapisan didatangi dalam kerendahan
Semua orang larut dalam imajinasi
Akan sebuah perbaikan dan kemajuan

Nyatanya semua itu hanyalah semu
Semua hanyalah setingan media belaka
Demi menggolkan agenda mereka
Bagi-bagi jabatan, maupun anggaran
Itulah yang diingkan mereka

Rakyat hanya bisa tertunduk lesu
Kepercayaan dibalas dengan dusta
Harapan membawa keadilan sosial
Justru malah membawa kemelaratan sosial

Ratusan pabrik dan industri tutup semaput
Inflasi terkendali tapi pendapatan tak juga mendaki
Konsumsi dibatasi, industri lebih memilih untuk pergi
Hutang pun menjadi sebuah solusi dari sang penguasa negeri

Kami sudah lelah dengan ulah sang penguasa
Kami muak melihat semua propaganda media
Terserah program mereka apa, suka-suka mereka
Terserah siapa yang kelak menjadi penguasa
Yang jelas kami sudah muak melihat kelakuan sang raja

Itulah tadi beberapa kumpulan puisi politik seru yang banyak mengkritisi tentang pemerintahan. Bagi yang ingin berlangganan bisa subscribe email kalian dan nikmati terus update-update puisi dari berbagai tema lainnya.